Box Layout

HTML Layout
Backgroud Images
Backgroud Pattern

DOWNLOAD

Berikut data file yang dapat Anda unduh

No Judul Keterangan
1 BULETIN VETERINER TAHUN 2023 EDISI 1 - Deteksi Virus Avian Influenza (AI) di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh Tahun 2022

Avian Influenza (AI) merupakan penyakit sangat menular pada unggas dan patogen signifikan terhadap unggas domestik dan liar.  Tujuan tulisan ini adalah untuk menentukan prevalensi virus AI di pasar unggas hidup (live bird market) di tingkat Kabupaten/Kota (prevalensi antar pasar). Desain Surveilan menggunakan Cross Sectional. dengan populasi target pasar unggas pada setiap kecamatan di ibu kota kapupaten dan Desain Sampel menggunakan prevalensi 50%. Pada Surveilan AI Tahun 2022 dilakukaan di 21 Kabupaten/Kota di Aceh dan 28 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (Sumut). Sampel swab didapatkan sebanyak 1932 swab (387 VTM), sampel serum sebanyak 851. Semua sampel ini dikoleksi pada 288 pedagang ayam. Jumlah sampel swab yang berhasil dikoleksi di Aceh adalah 726 swab (145 VTM) dan 1206 swab (242 VTM) untuk Sumut. Sampel serum didapatkan 851 serum  terdiri dari di Aceh 348 dan Sumut 503. Hasil uji sampel VTM pada isolasi virus AI didapatkan 5 positf dan 382 negatif. Hasil positif ini semuanya ditemukan di Aceh. Pada pengujian qRT-PCR Tipe A didapatkan  sebanyak 73 positif dan 314 negatif. Positif Tipe A ini ditemukan 43 sampel di Aceh dan 30 di Sumut. Pengujian lanjutan terhadap positif AI tipe A masih ditemukan keberadaan virus Avian Influenza terutama H5N1 clade 232, namun clade 213 tetap masih ditemukan. Keberadaan titer antibodi AI positif terdapat di Aceh sebanyak 48 serum dan negatif 300 serum, di Sumut 104 serum positif dan 747 serum negatif. Pengujian serologi AI hanya menggunakan antigen H5N1 clade 232 dan belum menggunakan antigen H5N1 clade 213.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih bersirkulasi virus Avian Influenza H5N1 clade 232 dan 213 di wilayah kerja Balai Veteriner Medan dan tahun 2022 tidak ditemukan subtipe H9N2.

2 BULETIN VETERINER TAHUN 2023 EDISI 1 - Pemeriksaan Penyakit Mulut dan Kuku di Balai Veteriner Medan pada Aneka Ternak yang Dilalulintaskan dengan Metode RT-PCR Tahun 2022

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit viral penting yang menyerang hewan berkuku belah baik hewan domestik maupun hewan liar. PMK masuk ke Indonesia sejak bulan Mei 2022 pemerintah menetapkan persyaratan perdagangan hewan ternak yang dilalulintaskan antar provinsi telah menerima minimal dosis 1 vaksin PMK. Selain itu hasil pooling test menggunakan RT-PCR atau ELISA NSP dengan 1 sampel hewan yang belum divaksinasi untuk tiap kandang/ pen/ paddock maksimal 1 minggu sebelum keberangkatan. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi terhadap pemeriksaan sampel PMK di Balai Veteriner Medan pada aneka ternak yang dilalulintaskan pada tahun 2022. Teknik pengambilan sampel menggunakan ulas oralnasal. Pengujian laboratorium yang dilaksanakan menggunakan reverse transcryptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Hasil pengujian RT-PCR sampel berdasarkan asal ternak yang diperiksa PMK terdiri dari 8 (2,79%) sampel dari sapi, 58 (20,21%) sampel dari kambing, 136 (47,39%) sampel dari domba, dan 85 (29,62%) terdapat 5/287 sampel positif PMK pada kambing atau 1,74% dari total sampel sedangkan 282 sampel lain negatif. Jumlah sampel uji PMK ternak tertinggi yaitu domba sebanyak 136 (47,39%) sampel dan proporsi sampel positif terdapat pada kambing sebanyak  5/58 (8,6%) sampel.

3 BULETIN VETERINER TAHUN 2023 EDISI 1 - Investigasi Penyakit African Swine Fever (ASF) pada Peternakan Babi di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2023

African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada ternak babi yang disebabkan oleh virus DNA beruntai ganda famili Asfafviridae. Berdasarkan laporan dugaan kasus penyakit ASF yang masuk melalui iSIKHNAS pada tanggal 25 Januari 2023 di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kepala Balai Veteriner Medan menugaskan tim investigasi Balai Veteriner Medan untuk melaksanakan kunjungan ke lapangan dengan melakukan penyidikan penyakit yang diduga ASF di Kabupaten Humbang Hasundutan. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko dugaan kasus ASF pada babi di Kabupaten Humbang Hasundutan melalui observasi lapangan, pengumpulan spesimen uji, dan peneguhan diagnosa laboratorium sehingga dapat dilakukan intervensi maupun pencegahan kasus di masa depan. Dalam kegiatan investigasi dilaksanakan pengambilan 12 (Dua Belas) sampel berupa organ (hati, limfa), darah, dan swab dari hidung. Sampel diuji dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dengan hasil positif ASF sejumlah 3 sampel dan negatif 9 sampel. Hasil investigasi tersebut adalah ternak babi terinfeksi ASF.

4 BULETIN VETERINER TAHUN 2023 EDISI 1 - Surveilans dan Evaluasi Penyakit African Swine Fever (ASF) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2022

Virus African Swine Fever (ASF) adalah agen penyebab terjadinya penyakit demam babi afrika atau dikenal dengan ASF yang berasal dari virus DNA keluarga Asfarviridae, genus Asfivirus. Wabah penyakit ASF mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada peternakan babi. Penyakit ASF menjadi penyakit yang bersifat endemis di Indonesia, juga merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis nasional yang sebelumnya tidak masuk dalam daftar sebagaimana yang ditetapkan dalam keputusan menteri pertanian. Tujuan tulisan ini adalah memberikan informasi pentingnya surveilans dan diagnosa laboratorium yang relevan dengan situasi penyakit ASF dilapangan sehingga dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Prosedur diagnostik yang digunakan dalam pengujian laboratorium untuk ASF menggunakan dua metode yaitu deteksi antigen virus dengan identifikasi molekuler Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan deteksi antibody dengan Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) yang relevansinya dengan VP32, VP52, VP72. Sampel yang dilakukan pengujian berasal dari surveilans yang dirancang dengan Risk Base Surveilans (RBS) atau surveilans berbasis risiko dimana faktor pendedahan (exposure) dan penilaian risiko diterapkan secara bersama melalui pendekatan rancangan konvensional sehingga pengumpulan data lebih tepat dan efektif. Sampel yang diambil dilapangan yaitu serum dengan jumlah 498 sampel dan darah EDTA 488 sampel. Hasil uji sampel darah EDTA yaitu 1 dari 488 (0,20 %) sampel menunjukkan hasil positif terkonfirmasi molekuler virus ASF. Hasil uji sampel serum yaitu 1.8% (9/498) seropositif antibodi terhadap ASF, hal tersebut menunjukkan bahwa ternak babi pernah terpapar oleh virus ASF tetapi tetap bertahan hidup dan mempunyai antibodi. Hasil pengujian memberikan data ilmiah adanya virus ASF yang masih bersirkulasi dan antibodi pada babi yang survive. Informasi dari surveilans dan investigasi menunjukkan kasus ASF cendrung terjadi penurunan dan endemis tetapi tetap berpotensi menjadi ancaman.

5 BULETIN VETERINER TAHUN 2023 EDISI 1 - Gambaran Penyakit Brucellosis di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2022

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.121/KPTS/PK.320/M/03/2023 tentang penetapan jenis PHMS, maka Brucellosis merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis yang mendapatkan prioritas dari pemerintah untuk pemberantasannya. Provinsi Sumatera Utara diketahui telah mendapatkan pengakuan secara resmi sebagai provinsi bebas Brucellosis. Walaupun telah dinyatakan bebas, namun Balai Veteriner Medan tetap aktif melakukan monitoring penyakit Brucellosis terutama ke daerah-daerah yang memiliki riwayat positif terhadap penyakit Brucellosis. Tujuan dari kajian ini adalah untuk membuktikan bahwa jumlah sapi di Provinsi Sumatera Utara yang terinfeksi Brucellosis masih dalam batas toleransi status bebas penyakit. Tiga belas (13) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara terpilih yang memiliki resiko tinggi terhadap brucellosis berdasarkan sejarah dan populasi sapi. Sampel yang diambil adalah serum sapi dan dilakukan uji serologi menggunakan teknik Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT). Total sampel yang diperoleh adalah 1560 serum di 13 Kabupaten/Kota pada tahun 2022. Pengujian menggunakan RBT menunjukkan hasil seropositif sebanyak 6,03% (94/1560) dan seronegatif sebanyak 93,97% (1466/1560). Hasil seropositif pada pengujian RBT dilanjutkan ke pengujian CFT, dan hasilnya adalah sampel positif sebanyak 1,21% (19/1560). Hal ini menunjukkan bahwa di Provinsi Sumatera Utara masih ditemukan reaktor brucellosis. Untuk mempertahankan status bebas dan untuk mencegah tidak meluasnya penyakit brucellosis di Provinsi Sumatera Utara, maka sapi-sapi reaktor harus dilakukan pemotongan bersyarat (Slaughter), melakukan pengawasan ketat terhadap lalu lintas / jual beli ternak antar daerah, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), dan adanya keseriusan/komitmen dari pemerintah daerah untuk bekerjasama memberantas penularan penyakit brucellosis.

6 BULETIN VETERINER TAHUN 2023 EDISI 1 - Surveilans Brucellosis Di Provinsi Aceh Tahun 2022

Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi, dan sekunder menyerang berbagai jenis hewan Iainnya termasuk manusia. Dampak langsung Brucellosis berupa kerugian ekonomi karena menurunnya produksi peternakan, diantaranya adalah penurunan produksi susu pada sapi perah, penurunan berat badan pada sapi potong, kematian anak sapi pada saat dilahirkan, keguguran, kemajiran, dan penurunan harga jual ternak. Surveilans ini bertujuan untuk mengetahui Prevalensi Brucellosis di Provinsi Aceh (Daratan), mendeteksi Brucellosis di Kota Sabang, dan mengetahui pola distribusi Brucellosis di Provinsi Aceh sebagai bagian dari surveilans berkelanjutan untuk mengarah kepada program pembebasan Brucellosis pada ternak sapi di Provinsi Aceh. Spesimen yang dikumpulkan dalam kegiatan surveilans Brucellosis ini adalah serum darah. Pengujian laboratorium yang dilaksanakan adalah Rose Bengal Test (RBT) dan dilanjutkan dengan pengujian Complement fixation Test (CFT) pada sampel seropositif. Hasil pengujian Rose Bengal Test (RBT) menunjukkan bahwa dari 5014 spesimen serum darah sapi yang di uji di Aceh daratan, 362 seropositif terhadap Brucella abortus. Spesimen serum yang menunjukkan hasil seroposotif kemudian secara serial dilanjutkan dengan pengujian Complement fixation Test (CFT) dengan hasil 185 positif Brucella abortus. Dengan demikian proporsi Brucellosis di Aceh daratan dibandingkan dengan sampel yang diambil adalah 3,69 %. Berdasarkan sebarannya, kejadian Brucellosis masih ditemukan di 14 kabupaten dari 21 kabupaten, 40 kecamatan dari 101 kecamatan, dan 63 desa (29,58%) dari 213 desa yang diambil sampelnya. Hasil pengujian Rose Bengal Test (RBT) di Kota Sabang menunjukkan bahwa dari 194 spesimen serum darah sapi yang di uji, tidak ada yang menunjukkan seropositif terhadap Brucella abortus. Dengan demikian proporsi Brucellosis dibandingkan dengan sampel yang diambil adalah 0 % atau tidak ditemukan Brucellosis.

 

7 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Situasi Penyakit Brucellosis di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dalam Kurun Waktu Tahun 2020-2022

Brucellosis merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dan mendapatkan prioritas dari pemerintah untuk pemberantasannya. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang telah bebas Brucellosis sejak tahun 2015. Akan tetapi, disejumlah wilayah masih ditemukan reaktor, salah satunya yaitu Kabupaten Deli Serdang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui status penyakit Brucellosis di Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 2020 sampai 2022. Sebanyak 388 sampel serum dari Kabupaten Deli Serdang dalam periode tahun 2020 sampai 2022. Serum di uji menggunakan metode Rose Bengal Test (RBT) dan dilanjutkan dengan metode Complement Fixation Test (CFT). Hasil pengujian RBT menunjukkan hasil seropostif sebanyak 9 sampel (2,31%) dan seronegatif sebanyak 379 sampel (97,68%) dari 388 sampel yang diperiksa. Hasil seropositif pada pengujian RBT kemudian dilanjutkan dengan pengujian CFT. Hasil yang didapatkan yaitu sebanyak 5 positif (55,55%) dan 4 negatif (44,44%) dari 9 sampel yang diperiksa. Kejadian positif tertinggi terjadi pada tahun 2020 yaitu sebanyak 3 sampel, yang diikuti dengan tahun 2021 dan 2022 dengan jumlah kasus yang sama yaitu sebnyak 1 sampel. Hal ini menujukkan bahwa sapi yang ada di Kabupaten Deli Serdang masih ditemukan reaktor Brucellosis. Untuk mempertahankan status bebas, dan mencegah meluasnya kejadian penyakit maka sapi reaktor harus dilakukan Test and Slaughter.

8 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Investigasi Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) Di Kabupaten Karo

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit virus famili Picornaviridae dan virus Aphtoviris. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit viral bersifat sistemik dan akut.  Kematian di bawah 5%, morbiditas sangat tinggi hingga 100%. Infeksi terutama lewat saluran pernapasan.  Penyebaran penyakit pada hewan peka antar daerah (tropis) doominan disebabkan oleh pergerakan hewan carrier. Menyebar lewat udara (aerogen), sangat cepat khususnya di negara 4  musim  Virus PMK ada dalam 7 serotipe berbeda yang terdiri dari O, A, C, Asia-1 dan South African Territories (SAT-) 1-3, dan banyak subtipe (topotipe, lineage, sublineage) karena tingginya tingkat mutasi virus.  Laporan melalui iSikhnas dengan kasus dugaan adanya Penyakit Mulut dan Kuku dimulai tanggal 28 Juni 2022 di Kabupaten Karo. Berdasarkan laporan dari iSikhnas maka tim Balai Veteriner Medan (BVet Medan) melaksanakan kunjungan ke lapangan untuk investigasi penyakit yang diduga PMK di Kabupaten Karo.  Metode yang dilakukan adalah dengan investigasi kasus penyakit dengan pengumpulan data dan informasi lapangan diperoleh tim Balai Veteriner Medan berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pemeriksaan fisik, dan wawancara dengan peternak. Dalam kegiatan investigasi dilaksanakan pengambilan sampel berupa serum, darah, swab dari luka di rongga mulut dan saliva. Sampel diuji metode Real Time Polimerase Chain Reaction dengan hasil positif PMK sejumlah 9 sampel dan negatif 2 sampel. Dari investigasi tersebut maka sapi-sapi tersebut terinfeksi PMK.

9 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Evaluasi Vaksinasi Pertama Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Sapi di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2022

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau lebih dikenal Foot and Mouth Disease (FMD) merupakan penyakit penting yang menyerang ternak berkuku belah (cloven-hoofed) dan berdampak pada sektor perdagangan ternak secara global. Indonesia telah dinyatakan bebas PMK sejak tahun 1986 namun  dinyatakan muncul kembali di Indonesia di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh dan kemudian menyebar ke kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi terhadap pemeriksaan titer antibodi pasca vaksinasi pertama pada sapi di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2022. Sampel yang diambil dalam rangka pengujian titer antibodi pasca vaksinasi pertama PMK di Kabupaten Aceh Singkil adalah serum darah. Teknik pengambilan sampel pada dilakukan pada sapi di desa-desa di kecamatan Gunung Meriah yang telah mendapat vaksinasi PMK pertama serotipe O lebih dari 30 hari. Pengujian laboratorium yang dilaksanakan menggunakan perangkat komersial FMD Type O (IDvet®, Prancis) competitive enzyme linked immunosorbent assay (c-ELISA). Hasil pengujian c-ELISA pada sampel menunjukkan 85,71% (102/119) serum darah sapi yang diuji seropositif, 5,04% (6/119) dubius, dan 9,24% (11/119) seronegatif. Terdapat sampel tidak menunjukkan seroproteksi (dubius dan seronegatif) diduga akibat faktor individu. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi respon kekebalan individu antara lain spesies, ras, umur, kesehatan, status fisiologis seperti laktasi, stress, status PMK (antibodi).

10 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Persentase Antimicrobial Resistance Terhadap Isolat Escherichia Coli Asal Sampel Sekum Ayam Tahun 2021

Reistensi antimikroba pada bakteri patogen unggas adalah masalah umum di industri perunggasan Indonesia. Munculnya kemampuan bakteri, khususnya Escherichia coli untuk bersifat resisten terhadap penggunaan senyawa antibiotik tentunya menimbulkan masalah yang besar bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui persentase Antimicrobial resistance (AMR) terhadap E. Coli yang di isolasi dari sampel sekum ayam, serta mendapatkan data dan informasi terkait dengan pola perkembangan resistensi antimikroba di kelompok bakteria tertentu yang dapat dipantau secara berkelanjutan, sehingga diharapkan dapat menjadi bahan dasar pengembangan kebijakan serta evaluasi langkah-langkah teknis pengendalian resistensi antimikroba di sektor peternakan dan kesehatan hewan. Isolasi dan identifikasi E. Coli dari sampel sekum dilakukan dengan menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 2897:2008, metode pengujian cemaran mikroba pada susu, daging, dan telur. Interpretasi hasil uji kepekaan ini mengacu pada Clinical and Laboratory Standards Intitute (CLSI) M100 (2018). Total E. Coli yang berhasil diidentifikasi sebanyak 207 isolat, lebih dari 80% resisten terhadap setidaknya tiga atau lebih jenis antibiotik, dengan persentase tertinggi pada tiga jenis antibiotik yaitu Ampicillin 90,8%, Sulfamethoxazole 86,5%, dan Trimethoprim 84,5%. Persentase resistensi antibiotik lain dibawah 80% adalah Nalidixide Acid 77,3%, Tetrasiklin 69,1%, Gentamisin 64,3%, Ciprofloxacin 60,9%, Cefotaxime 57,0%, Azitromisin 48,8%, dan Kloramfenikol 32,4%. Terdapat dua jenis antibiotik yang sensitif terhadap bakteri E. coli yaitu Meropenem dan Colistin.

11 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Surveilans Influenza Babi (Swine Influenza) di Sumatera Utara Tahun 2017-2018

Program surveilans virus influenza babi (swine influenza virus/SIV) dilaksanakan oleh kolaborasi antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH–Kementan) dan FAO ECTAD Indonesia pada tahun 2017 hingga 2018. Program surveilans ini dimulai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 dan diperluas ke Provinsi lain. Secara keseluruhan, sebanyak 1 328 sampel serum dan 820 sampel swab berhasil dikoleksi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 dan 2018. Secara keseluruhan, sebanyak 1 328 sampel serum dan 820 sampel swab berhasil dikoleksi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 dan 2018. Pola hasil uji serologis dan PCR pada program surveilans SIV di Provinsi Sumatera Utara,  menunjukkan adanya pengaruh cuaca musiman terhadap prevalensi kedua variabel tersebut. Pola tersebut juga menunjukkan kecenderungan SIV telah menjadi penyakit endemik di area surveilans. Prevalensi SIV relatif lebih tinggi di Provinsi Sumatera Utara (Sumatera Utara: seropositif 17.3%, PCR positif 1.3%). Hasil uji qRT-PCR H1N1 dan karakterisasi genetik pada sampel PCR positif menunjukkan bahwa virus yang terdeteksi tergolong virus H1N1 klasik. Virus isolat lapang dari peternakan babi di Kota Medan (A/swine/Medan/A01180154/2018) ini merupakan bagian dari clade 1A.3.3.2 yang memiliki kekerabatan homologi HA yang rendah dengan virus H1N1 G4-EA dari Tiongkok yang merupakan bagian dari 1C.2.3. Struktur genomik virus isolat ini jauh berbeda dengan virus H1N1 G4-EA. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa saat ini tidak ada indikasi sirkulasi virus H1N1 G4-EA di Indonesia, khususnya di Kota Medan, Sumatera Utara.

12 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Situasi LSD Paska Penetapan Wabah PMK di Wilayah Kerja Balai Veteriner Medan

Pada tahun 2022, dua penyakit hewan eksotik secara berurutan mewabah di Indonesia, yaitu penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) dan penyakit Mulut dan Kuku (PMK). LSD ditetapkan sebagai wabah pertama kali di Provinsi Riau pada tanggal 2 Maret 2022 dan PMK ditetapkan mewabah pertama kali di Kabupaten Aceh Tamiang pada tanggal 9 Mei 2022. Wabah penyakit hewan eksotik yang terjadi secara berurutan menyebabkan LSD kurang mendapat perhatian dibandingkan PMK. Sumber data yang digunakan untuk mengidentifikasi situasi penyakit LSD paska penetapan wabah PMK, diunduh dari sistem iSIKHNAS root 277 dan Infolab Balai Veteriner Medan dalam kurun waktu 1 Maret 2022 – 14 Oktober 2022. Sebanyak 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dan 21 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara melaporkan sindrom benjol benjol kulit ke iSIKHNAS. Total jumlah pelaporan LSD di Provinsi Aceh adalah 4098 ekor dan di Provinsi Sumatera Utara adalah 8033 ekor. Pelaporan kejadian LSD paling tinggi di Provinsi Aceh terjadi di bulan Agustus 2022 dan di Provinsi Sumatera Utara di bulan Juni 2022. Aceh Besar dan Serdang Bedagai adalah Kabupaten yang paling banyak melaporkan di Provinsi masing-masing. Sedangkan melalui infolab, diperoleh 24 hasil pengujian LSD pada kegiatan surveilans dan investigasi. Pengujian dilakukan melalui deteksi antigen (real time PCR) dan antibodi (serologi ELISA). Jumlah pengujian tertinggi terjadi di bulan April 2022, baik Provinsi Aceh maupun Sumatera Utara. Setelah bulan April 2022, tidak ada lagi permintaan pengujian terhadap LSD dari Provinsi Aceh sedangkan di Sumatera Utara, permintaan pengujian dilakukan hingga bulan Juli 2022 dan setelahnya tidak ada lagi. Kota Langsa dan Kabupaten Asahan adalah daerah yang paling banyak meminta pengujian LSD di Provinsi masing-masing. Sebanyak 18 dari 24 pengujian menunjukkan hasil positif terhadap LSD. Pelaporan penyakit yang efektif digambarkan sebagai faktor penentu untuk mengukur keberhasilan layanan veteriner dan program pengendalian penyakit hewan di suatu negara. Dinamika pelaporan penyakit hewan sangat dipengaruhi oleh kapasitas personel veteriner, ketersediaan fasilitas komunikasi dan perangkat diagnostik. Pelaporan penyakit akan lebih efektif jika semua faktor dapat terpenuhi. Selain itu dapat direkomendasikan juga untuk secara aktif mengintegrasikan dokter hewan swasta guna meningkatkan efisiensi layanan veteriner.

13 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 2 - Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2022

Penyakit mulut dan kuku (PMK) saat ini tengah mewabah di Indonesia. Penyakit ini banyak menyerang hewan ternak dari mulai sapi, kerbau, hingga domba atau kambing dan tergolong penyakit akut yang penyebarannya melalui infeksi virus dan mudah menular. Berdasarkan laporan yang masuk melalui sistem iSIKHNAS dengan kasus dugaan adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada tanggal 13 Mei 2022 di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Sebagai respon atas laporan tersebut Kepala Balai Veteriner Medan menugaskan tim investigasi untuk melakukan investigasi dengan melaksanakan kunjungan ke lapangan pada tanggal 18 Mei 2022. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko dugaan kasus PMK pada sapi di Kabupaten Pidie Jaya melalui pengamatan lapangan, pengumpulan spesimen uji, dan pemeriksaan laboratorium sehingga dapat dilakukan langkah intervensi/ pengobatan yang tepat, dan pencegahan munculnya kasus pada masa yang akan datang. Dalam kegiatan investigasi ini dilakukan pengambilan spesimen berupa swab dari air liur/ lendir hidung/ keropeng, dan luka pada kuku sapi. Sebanyak 11 ekor sapi di ambil spesimennya dan dilanjutkan pengujian di Laboratorium Balai Veteriner Medan dengan metode Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Hasil uji PCR menunjukkan 100% positif (11/11) terhadap penyakit PMK. Kejadian positif tertinggi ditemukan di Desa Babah Krueng Kecamatan Bandar Dua yaitu 90,9% (10/11). Kemudian di ikuti oleh Desa Pantang Cot Baloi Kecamatan Ulim sebanyak 9,1% (1/11). Dengan adanya kasus positif di Kabupaten Pidie Jaya maka ditetapkan sebagai daerah terinfeksi PMK dan telah menambah kasus possitif PMK pada bulan Mei Tahun 2022.

14 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 1 - Deteksi Serologi Chronic Respiratory Desease (CRD) Pada Unggas di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh Tahun 2019-2021

Chronic Respiratory Disease (CRD) merupakan salah satu penyakit menular menahun pada ayam yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum yang ditandai dengan sekresi hidung katar, kebengkakan muka, batuk, dan terdengarnya suara sewaktu bernafas, ayam semua umur dapat terserang CRD. Kerugian ekonomi yang disebabkan oleh CRD antara lain meliputi konversi makanan rendah, laju pertumbuhan lambat, mutu karkas menurun, produksi telur menurun, biasanya produksi tidak mencapai normal kembali dan biaya pengobatan relatif lebih tinggi. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan mengetahui distribusi kasus CRD di wilayah Provinsi Sumatera utara dan Provinsi Aceh dengan Uji Cepat Agglutinasi. Metode pengujian yang digunakan adalah uji serologi Rapid Agglutination Test (RAT) yaitu dengan mengetahui keberadaan antibodi dalam serum. Hasil uji serologis berturut turut adalah 6,3% (2019), 46,5% (2020), dan 2,07% (2021) untuk Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Aceh adalah 8,6% (2019), dan 9,9% (2021) sedangkan untuk tahun 2020 Aceh tidak dilakukan pemeriksaan. Terjadi peningkatan hasil seropositif yang signifikan pada tahun 2020 di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 46,5% namun mengalami penurunan pada tahun 2021 yaitu 2,07%. Sedangkan Provinsi Aceh terjadi kenaikan hasil seropositif pada tahun 2019 sebesar 8,6% dan tahun 2021 sebesar 9,9%. Hasil kenaikan ini bisa disebabkan oleh faktor perubahan musim dan faktor sistem pemeliharaan seperti kepadatan kandang, umur pemeliharaan yang beragam, frekuensi pemberian pakan, dan program vaksinasi.

15 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 1 - Investigasi Kasus Lumpy Skin Disease (LSD) Di Kabupaten Aceh Timur

Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan penyakit virus famili poxviridae menyebabkan lesi/kerusakan pada kulit dan dapat menyebabkan kematian akibat infeksi sekunder. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui penyebab kasus penyakit pada sapi di Kabupaten Aceh Timur. Laporan melalui iSikhnas dengan kasus dugaan adanya penyakit LSD tanggal 13 Mei 2022 di Kabupaten Aceh Tamiang.  Berdasarkan laporan dari iSIKHNAS maka tim Balai Veteriner Medan (BVet Medan) melaksanakan kunjungan ke lapangan untuk investigasi ke Kabupaten Aceh Tamiang.  Metode yang dilakukan adalah dengan investigasi kasus penyakit dengan pengumpulan data dan informasi lapangan diperoleh tim Balai Veteriner Medan berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pemeriksaan fisik, dan wawancara dengan peternak. Dalam kegiatan investiigasi dilaksanakan pengambilan sampel berupa serum, kerokan kulit, darah, swab dari luka maupun dari hidung serta lalat.  Sampel diuji metode Enzym Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dan Real Time Polimerase Chain Reaction (PCR) dengan hasil positif LSD dan seropositif LSD. Dari investigasi tersebut maka sapi-sapi tersebut terinfeksi LSD.

16 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 1 - Investigasi Diagnostik Postmortem Kematian Kura-Kura Afrika di Kota Medan Tahun 2022

Kura-kura merupakan salah satu hewan eksotis kategori reptil yang banyak dijadikan sebagai hewan peliharaan di hampir seluruh dunia. Keseluruhan jenis kura-kura di dunia diperkiraan lebih dari 285 spesies yang terbagi dalam 14 familia. Di Indonesia terdapat sekitar 45 spesies dari 7 familia. Balai veteriner medan mendapatkan kiriman sampel berupa bangkai kura-kura afrika (Centrochelys Sulcata) dalam keadaan utuh untuk dilakukan nekropsi dan uji lanjutan.  Tujuan dari kajian ini adalah mengetahui penyebab kematian kura-kura afrika (Centrochelys Sulcata) dan kemungkinan faktor risiko yang menyebabkan hal tersebut. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium patologi dan bakteriologi Balai Veteriner Medan. Analisis data mengunakan metode deskriptif dengan bantuan gambar dan tabel. Pengujian yang dilakukan adalah uji nekropsi yang diikuti dengan uji isolasi bakteri dan histopatologi. Berdasarkan uji nekropsi dan histopatologi yang dilakukan diketahui terdapat perubahan pada beberapa organ kura-kura secara makroskopis maupun mikroskopis, terutama pada hati dan ginjal. Perubahan mencolok yang teramati pada bangkai kura-kura afrika adalah hati yang berukuran besar dan berwarna kuning. Temuan ini didukung oleh temuan histopatologi berupa degenerasi lemak pada hampir seluruh hepatosit pada preparat yang diamati. Melalui uji isolasi bakteri diketahui adanya bakteri Escherichia Coli dan Salmonella Sp pada sampel organ kura-kura. Berdasarkan kajian yang dilakukan, disimpulkan bahwa kematian kemungkinan kura-kura afrika disebabkan oleh hepatik lipidosis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Perlu dilakukan perbaikan manajemen pemeliharaan dan pola makan untuk mencegah hal ini kembali terjadi pada kura-kura lain dalam populasi tersebut.

17 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 1 - Surveilans Brucellosis di Provinsi Aceh Tahun 2021

Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder menyerang berbagai jenis hewan Iainnya termasuk manusia. Dampak langsung Brucellosis berupa kerugian ekonomi karena menurunnya produksi peternakan, diantaranya adalah penurunan produksi susu pada sapi perah, penurunan berat badan pada sapi potong, kematian anak sapi pada saat dilahirkan, keguguran, kemajiran, dan penurunan harga jual ternak. Kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan pengambilan sampel pada desa yang ditemukan reaktor Brucellosis pada surveilans yang dilaksanakan tahun 2018 dan 2019 di Provinsi Aceh (daratan) untuk menemukan reaktor Brucellosis sebagai bagian dari surveilans berkelanjutan untuk mengarah kepada program pembebasan Brucellosis pada ternak sapi di Provinsi Aceh. Spesimen yang dikumpulkan dalam kegiatan surveilans Brucellosis ini adalah serum darah. Teknik pengambilan sampel pada surveilans Brucellosis di Aceh daratan dilakukan secara sensus (pengambilan sampel secara keseluruhan pada populasi sasaran) pada desa-desa yang ditemukan reaktor Brucellosis sesuai dengan hasil surveilans sebelumnya. Pengujian laboratorium yang dilaksanakan adalah Rose Bengal Test (RBT) dan dilanjutkan dengan pengujian Complement fixation Test (CFT) pada sampel seropositive. Hasil pengujian Rose Bengal Test (RBT) pada sampel yang berasal dari Aceh daratan menunjukkan bahwa dari 5063 spesimen serum darah sapi yang di uji, 519 seropositif Brucella abortus, Pengujian Complement fixation Test (CFT) pada sapi seropositif menunjukkan hasil 313 positif Brucella abortus. Proporsi jumlah Brucellosis pada ternak sapi dibandingkan dengan sampel yang diambil adalah 313/5063 (6.18%). Berdasarkan sebarannya, kejadian Brucellosis di Aceh daratan masih di temukan di 8 kabupaten dari 10 kabupaten, 20 kecamatan dari 33 kecamatan, dan 36 desa (55.38%) dari 65 desa yang diambil sampelnya.

18 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 1 - Surveilans dan Investigasi Kasus serta Konfirmasi Diagnosa Laboratorium pada Kejadian Wabah African Swine Fever (ASF) di Sumatera Utara Tahun 2019

Virus African Swine Fever (ASF) merupakan satu-satunya anggota keluarga Asfarviridae genus Asfivirus, berperan sebagai agen penyebab terjadinya penyakit demam babi afrika atau dikenal dengan ASF. Penyakit ASF menyebabkan kerugian ekonomi yang besar pada peternakan babi. Infeksi dengan strain yang ganas menyebabkan demam tinggi, hemoragik di kulit dan organ dalam dan kematian hingga 90% dalam tiga hingga sepuluh hari setelah infeksi. Penyakit ASF merupakan salah satu penyakit hewan eksotik di Indonesia yang sebelumnya tidak masuk dalam penyakit hewan menular strategis nasional tetapi perlu diwaspadai karena terjadi peningkatan dan penyebaran kasus di kawasan asia pasifik dan asia tenggara hingga akhir 2019. Tujuan tulisan ini adalah memberikan informasi diagnosa laboratorium yang digunakan dalam konfirmasi penyakit ASF atas wabah kematian ternak babi yang terjadi mulai September 2019 sampai akhir Desember 2019. Kejadian tersebut dicurigai sebagai ASF, kemudian dilakukan pengujian dengan metode identifikasi molekuler Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) pada target gen VP72 dan Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) yang dicoating dengan VP32, VP52, VP72. Sampel yang digunakan berasal dari surveilans aktif dan investigasi kasus wabah kesakitan atau kematian ternak babi yang ada di lapangan. Pada periode waktu September 2019 sampai Desember 2019 dilakukan surveilans dan investigasi pada 22 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel berupa serum sebanyak 464 sampel, darah EDTA 481 sampel dan organ babi berjumlah 17 sampel. Identifikasi molekuler menggunakan PCR, 481 darah EDTA dan 17 sampel organ setelah ekstraksi DNA digunakan untuk identifikasi molekuler dengan target amplifikasi gen VP72. Sebanyak 124 dari 481 (25.78 %) sampel darah EDTA dan 9/17 (52.94 %) sampel organ menunjukkan hasil positif ASF. Deteksi antibodi ASF dengan menggunakan ELISA dilakukan pada serum babi berjumlah 464 sampel, hasil ELISA menunjukkan (28/464) 6.03% seropositif pada status hewan nonvaksinasi mengindikasikan telah terjadi infeksi virus ASF secara alamiah. Hasil laboratorium ini memberikan informasi ilmiah adanya antigen dan antibodi ASF yang terdeteksi pada babi dari daerah yang terdapat kasus kesakitan dan kematian babi.

19 BULETIN VETERINER TAHUN 2022 EDISI 1 - Identifikasi Gangguan Reproduksi Pada Sapi Betina di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021

Usaha peternakan sapi baik sapi pedaging maupun sapi perah di Indonesia sampai saat ini masih menemui banyak kendala yang mengakibatkan produktivitas ternak menjadi rendah. Salah satu kendala tersebut adalah masih banyaknya gangguan reproduksi menuju kemajiran pada ternak betina. Akibatnya, efisiensi reproduksi menjadi rendah dan kelambanan perkembangan populasi ternak. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kawasan industri penting di Indonesia. Perkembangan berbagai industri penting di wilayah ini seperti peternakan, pertanian, dan perkebunan menyebabkan peningkatan secara nyata pendapatan domestik regional. Sebagai konsekuensinya, penyediaan produk ternak termasuk daging sapi di wilayah Sumatera Utara dituntut untuk terus meningkat. Dalam rangka mewujudkan pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan upaya percepatan peningkatan populasi dan produksi sapi di Indonesia. Untuk mendukung program tersebut bidang kesehatan memiliki kontribusi dalam menyiapkan akseptor yang sehat terutama kesehatan reproduksi sapi betina siap kawin. Balai Veteriner Medan mendapat alokasi anggaran untuk melaksanakan kegiatan Penanganan Gangguan Reproduksi di wilayah Propvinsi Sumatera Utara Tahun 2021. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui gangguan reproduksi pada sapi betina yang dipelihara peternak di Provinsi Sumatera Utara. Materi dan metode yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data hasil diagnosa gangguan reproduksi tahun 2021, menganalisis faktor-faktor resiko yang mempengaruhi hasil diagnosa gangguan reproduksi, serta menganalisis penyebab-penyebabnya. Hasil realisasi penanganan gangguan reproduksi di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 85,8% (2.095 ekor) dari target yang telah ditetapkan (2.500 ekor). Realisasi penanganan gangguan reproduksi di Provinsi Sumatera Utara tidak mencapai target yang diharapkan karena adanya keterbatasan anggaran akibat refocusing

20 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Situasi Penyakit Avian Influenza di Sumatera Utara Tahun 2020

Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus Avian Influenza family Orthomyxoviridae.  Virus ini termasuk golongan virus RNA (Single Stranded RNA). Tahun 2020 dilaksanakan pengambilan sampel uji Avian Influenza di Sumatera Utara.  Dari jumlah sampel diperoleh 1.130 sampel.  Sampel tersebut terdiri dari serum sebanyak 396 sampel, swab sebanyak 528 sampel, ulas darah sebanyak 203 sampel, dan organ 3 sampel. Sampel tersebut diuji untuk serum uji titer antibodi Avian Influenza (AI) dan New Castle Disease (ND).  Sampel swab dilakukan pengujian inokulasi AI dan ND dengan uji Polimerase Chain Reaction (PCR AI).  Ulas darah untuk melihat parasit darah pada unggas tersebut serta organ untuk melihat status penyakit AI.  Diperoleh hasil positif AI adalah 41 sampel terdapat pada Kabupaten Deliserdang (6 sampel), Kab. Serdang Bedagai (4 sampel), Kab. Langkat (5 sampel), Kab. Karo (6 sampel), Kab. Toba Samosir (20 sampel).  Jumlah sampel yang negatif yaitu 954 sampel.  Proporsi positif AI adalah 4,3%. Data hasil pengujian yang positif menandakan masih adanya Avian Influenza pada ungags di Provinsi Sumatera Utara. Chronic Respiratory Syndrome (CRD) diperoleh 159 sampel seropositif atau 159/434 = 36,63%.   Hasil seronegatif untuk penyakit CRD yaitu 277/434 = 63,82. Hasil seropositif Salmonella pullorum yaitu 79 sampel dari 411 sampel (19,2%) dan seronegatif S. pullorum yaitu 332 dari 411 sampel atau 80,8%. Pemeriksaan parasit darah pada unggas diperoleh 206 sampel negatif dari 209 sampel (98,6%) dan 3 sampel positif Leucocytozoon sp dari Kota Binjai sebanyak 3 sampel. Dari hasil pemeriksaan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pemetaan situasi penyakit unggas di Sumatera Utara.

21 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Identifikasi Virus Avian Influenza (AI) pada Unggas di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2019-2020

Pasar sebagai tempat transaksi pedagang dan pembeli dalam berdagang unggas hidup yang berpotensi sebagai sumber penularan penyakit Avian Influenza (AI). Hal ini karena terdapat bermacam-macam jenis unggas di pasar dan kemungkinan bisa menjadi tempat yang ideal untuk terjadinya reassortment genom virus dan transfer virus antar spesies. Resiko semakin tinggi hampir disemua pasar akibat pelaksanaan biorisk yang masih sangat kurang. Tujuan kegiatan ini untuk menemukan kasus penyakit Avian Influenza (secara Risk Based Surveillance), mendeteksi awal dari munculnya virus influenza baru. Pengambilan sampel dilakukan di 50 pasar pada 17 kecamatan yang ada di kota medan. Sampel berupa swab lingkungan. Metode uji yang digunakan adalah isolasi virus dan real time PCR. Dari 1000 sampel swab yang diambil pada tahun 2019, uji isolasi virus AI didapat 90 sampel positif (9%) positif dan 910 sampel negatif (91%). Pada pengujian real time PCR dari 1000 sampel yang diuji didapatkan 325 sampel (32,5%) hasil positif virus Influenza type A dan 675 sampel          (67,5%) hasil negatif. Dari 274 sampel swab yang diambil pada tahun 2020 diperoleh hasil dari uji isolasi virus didapat 100 % negatif virus AI.  Pada pengujian real time PCR dari 274 sampel yang diuji 138 sampel (50,4%) hasil positif virus AI  type A dan 136 (49,6%)  hasil negatif. Sebagian besar unggas yang dijual di Kota Medan berasal dari kota-kota produsen unggas sekitar Kota Medan (Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Langkat, dan Kota Binjai). Untuk mencegah terjadinya outbreak perlu penanganan penyakit AI di peternakan asal unggas tersebut. Disamping itu, perlu peningkatkan pengawasan lalu lintas unggas. Lakukan penyuluhan pada pedagang unggas di pasar tentang bahaya penyakit AI, cara meminimalkan penyebaran penyakit AI, dan meningkatkan pelaksanaan biorisk.

22 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Hasil Pengujian Cemaran Campylobacter pada Sampel Pasif di Balai Veteriner Medan Tahun 2020

Pangan asal hewan seperti daging, telur dan susu selain sebagai sumber gizi yang tinggi, juga merupakan salah satu media yang baik bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan dapat juga bertindak sebagai pembawa beberapa jenis penyakit yang berbahaya bagi manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat mencemari pangan asal hewan adalah Campylobacter. Bakteri ini dapat menyebabkan diare pada manusia dan diketahui dapat tumbuh pada kadar oksigen rendah serta pada suhu 32-45oC sehingga pangan asal hewan seperti daging menjadi tempat yang ideal bagi Campylobacter untuk tumbuh. Untuk mengetahui seberapa banyak cemaran Campylobacter pada sampel pasif yang diperiksa di Balai Veteriner Medan, maka dilakukan pemeriksaan rutin yang dilaksanakan sepanjang tahun 2020. Berdasarkan data pemeriksaan yang diperoleh, total sampel pasif yang masuk ke Balai Veteriner Medan kemudian dihitung jumlahnya dan dibedakan menjadi beberapa jenis sampel yang kemudian dikelompokkan berdasarkan hasil pengujian ada atau tidaknya cemaran Campylobacter pada sampel. Hasil data lalu diolah dengan microsoft excel dan disajikan dalam bentuk diagram. Hasil pengujian cemaran Campylobacter pada seluruh sampel pasif menunjukkan daging merupakan sampel terbanyak yang dilakukan pemeriksaan dalam kurun waktu tahun 2020. Dari total sampel tersebut, beberapa sampel daging tercemar bakteri Campylobacter sedangkan selebihnya tidak ditemukan adanya bakteri tersebut atau tidak dilakukan pengujian terhadap ada atau tidaknya bakteri Campylobacter. Temuan ini menunjukkan cemaran Campylobacter pada umumnya terjadi pada daging dalam jumlah yang kecil.

23 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Deteksi Pasteurella Multocida pada Sapi di Wilayah Kerja Balai Veteriner Medan Tahun 2019

Haemorrhagic septicaemia (HS)/Septicaemia epizootica (SE) merupakan penyakit menular pada ruminansia terutama pada ternak sapi dan kerbau yang bersifat akut dan fatal, ternak muda biasanya lebih peka dibandingkan dengan yang dewasa. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan melihat distribusi kasus Septicaemia epizootica di wilayah kerja Balai Veteriner Medan di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara dengan Uji Serologis ELISA. Sebanyak 1320 serum sapi dikoleksi dari 9 Kabupaten/Kota, 3 UPTD Pembibitan, dan kasus investigasi di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara pada tahun 2019. Hasil pengujian menunjukkan sampel seropositif sebanyak 57,21% (773/1320) dan seronegatif sebanyak 40,48% (547/1320). Data ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi peternak maupun penentu kebijakan dalam mencegah penyakit pada unggas di wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

24 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Investigasi Kasus Septicaemia Epizootica (SE) pada Ternak Kerbau dan Sapi di Kabupaten Aceh Singkil

Septicaemia epizootica (SE) merupakan penyakit infeksi bersifat fatal yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Kejadian kematian ternak kerbau dan sapi yang diduga disebabkan oleh SE dilaporkan terjadi di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh melalui pemberitaan media online pada tanggal 02 Agustus 2021. Menindaklanjuti laporan tersebut maka pada tanggal 05-06 Agustus 2021 telah dilaksanakan investigasi oleh Balai Veteriner Medan setelah melakukan konfirmasi kejadian kasus tersebut kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Kabupaten Aceh Singkil. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui sejarah kejadian penyakit pada kerbau dan sapi, mengetahui penyebab penyakit dan atau faktor risiko kejadian penyakit sehingga dapat dilakukan langkah intervensi/pengobatan yang tepat, dan pencegahan munculnya kasus pada masa yang akan datang. Berdasarkan investigasi yang dilaksanakan, kematian ternak kerbau dan sapi telah terjadi sejak pertengahan Juli 2021 dengan gejala klinis mati mendadak, ngorok, cairan berbuih dari mulut, leleran dari hidung, leleran dari mata, busung di daerah leher dan dada serta feses berdarah. Untuk mengkonfirmasi penyebab kematian ternak tersebut dilakukan pengambilan sampel pada 10 ekor kerbau dan sapi yaitu 9 sampel serum, 9 sampel darah, 9 sampel ulas darah, 1 sampel swab hidung dan 1 sampel sumsum tulang. Hasil pengujian laboratorium terhadap sampel yang diambil menunjukkan bahwa kasus kematian sapi di Kabupaten Aceh Singkil disebabkan oleh infeksi Pasteurella multocida sebagai penyebab Septicaemia epizootica. Untuk mencegah berulangnya kejadian kasus SE di Kabupaten Aceh Singkil maka perlu dilakukan vaksinasi SE secara periodik dan terus menerus, penyediaan dan pelaksanaan pengobatan, pendataan populasi ternak yang lebih baik, pengendalian lalu lintas ternak dan peningkatan kesadaran peternak tentang pentingnya vaksinasi, pelaporan populasi dan pelaporan kasus kematian ternak kepada petugas melalui komunikasi informasi dan edukasi yang dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Aceh Singkil.

25 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Update Diagnostik African Swine Fever (ASF) dan Epidemiologi

Vaksin penyakit ini belum tersedia, sehingga pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan ASF didasarkan pada penerapan pengawasan dan tindakan sanitasi yang ketat. Keberhasilan kegiatan surveilans tergantung pada ketersediaan tes diagnostik yang paling sesuai. Meskipun sejumlah teknik diagnostik ASF sudah tervalidasi tersedia secara baik, interpretasi hasil diagnostik ASF bisa jadi menjadi hal yang komplek. Alasannya terletak pada kompleksitas epidemiologi dengan skenario yang berbeda, serta pada karakteristik virus yang beredar sehingga menimbulkan berbagai bentuk klinis dari ASF. Ulasan ini memberikan panduan untuk interpretasi secara akurat dari hasil diagnostik ASF terkait dengan presentasi klinis yang berbeda mulai dari penyakit per-akut hingga kronis, termasuk infeksi yang tidak bergejala.

26 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Investigasi Outbreak Kematian Sapi di Desa Alue Genteng Kecamatan Ranto Pereulak Kabupaten Aceh Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021

Investigasi outbreak kematian sapi dilakukan karena ada laporan kematian sapi dalam jumlah besar dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Aceh Timur. Tujuan dilakukannya investigasi outbreak ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab kematian sapi dan kemungkinan faktor risiko terjadinya outbreak kematian sapi di lokasi terdampak. Kegiatan investigasi dilakukan di Desa Alue Genteng, Kecamatan Ranto Pereulak, Kabupaten Aceh Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan transect walk. Data hasil investigasi kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan penyidikan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kematian sapi di Desa Alue Genteng, Kecamatan Ranto Pereulak, Kabupaten Aceh Timur kemungkinan disebabkan oleh infeksi Bovine viral diarrhea (BVD) yang ini diperparah dengan keberadaan parasit darah (Theileria sp) dan cacing Fasciola Sp. dalam tubuh sapi. Faktor risiko yang diduga merupakan penyebab terjadinya outbreak di Desa Alue Genteng, Kecamatan Ranto Pereulak, Kabupaten Aceh Timur adalah kontak tidak langsung dan langsung antar sapi serta penanganan bangkai sapi yang kurang baik. Rekomendasi yang diberikan yaitu berupa melakukan pemisahan sapi sakit dengan sapi sehat, menguburkan sapi yang telah mati, melakukan pelarangan kontak langsung antara pengepul dengan sapi dan pembatasan lalulintas sapi dari dan ke wilayah terdampak.

27 BULETIN VETERINER TAHUN 2021 EDISI 2 - Trend Kasus Brucellosis dari Wilayah yang Terambil Sampelnya di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021

Brucellosis merupakan penyakit keluron menular yang banyak menyerang hewan ruminansia serta bersifat zoonosis. Pada sapi penyakit ini disebabkan oleh Brucella abortus dan dikenal sebagai penyakit Keluron atau penyakit Bang. Peningkatan kasus brucellosis sejalan dengan peningkatan populasi ternak di Indonesia. Selain itu, seringnya mutasi sapi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya penyebaran kasus brucellosis serta penularannya relatif cepat antar daerah dan lintas batas. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:86/Kpts/PK.320/1/2016, Provinsi Sumatera Utara telah dinyatakan bebas brucellosis. Oleh karena itu, pemantauannya dilakukan dengan surveilans berbasis resiko. Indonesia telah menetapkan Road Map pembebasan brucellosis tahun 2025, dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut, maka Balai Veteriner Medan berupaya untuk melaksanaan surveilans penyakit hewan di wilayah kerja. Tujuan surveilans ini adalah untuk membuktikan bahwa jumlah sapi di Provinsi Sumatera Utara yang terinfeksi brucellosis masih dalam batas toleransi status bebas penyakit. Sepuluh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara terpilih yang memiliki resiko tinggi terhadap brucellosis berdasarkan sejarah dan populasi sapi. Sampel yang diambil adalah serum sapi dan dilakukan uji serologi menggunakan teknik Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT). Total sampel yang diperoleh adalah 1412 serum di 10 Kabupaten/Kota pada tahun 2021. Pengujian menggunakan RBT menunjukkan hasil seropositif sebanyak 4,25% (60/1412) dan seronegatif sebanyak 95,75% (1352/1412). Kemudian hasil seropositif pada pengujian RBT dilanjutkan ke pengujian CFT, dan hasilnya adalah sampel positif sebanyak 3,11% (44/1412). Hal ini menunjukkan bahwa di Provinsi Sumatera Utara masih ditemukan reaktor brucellosis. Untuk mempertahankan status bebas dan untuk mencegah tidak meluasnya penyakit brucellosis di Provinsi Sumatera Utara, maka sapi-sapi reaktor harus dilakukan pemotongan bersyarat (Slaughter), melakukan pengawasan ketat terhadap lalu lintas/jual beli ternak antar daerah, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), dan adanya keseriusan/komitmen dari pemerintah daerah untuk bekerjasama memberantas penularan penyakit brucellosis.

Hubungi Kami di 082164944102